Sifat resistensi terhadap antibiotik melibatkan perubahan genetik yang bersifat
stabil dan diturunkan dari satu generasi ke generasi lainnya, dan setiap proses yang
menghasilkan komposisi genetik bakteri seperti mutasi, transduksi (transfer DNA
melalui bakteriofaga), transformasi (DNA berasal dari lingkungan) dan konjugasi
(DNA berasal dari kontak langsung bakteri yang satu ke bakteri lain melalui pili) dapat
menyebabkan timbulnya sifat resisten tersebut. Proses mutasi, transduksi dan
transformasi merupakan mekanisme yang terutama berperan di dalam timbulnya
resistensi antibiotik pada bakteri kokus Gram positif, sedangkan pada bakteri batang
Gram negatif semua proses termasuk konjugasi bertanggung jawab dalam timbulnya
resistensi (Sande, 1990).
Telah diketahui lebih dari dua dekade bahwa penyebaran sifat resisten secara
cepat dan luas dapat terjadi di antara spesies bakteri yang sama maupun yang berbeda,
bahkan juga di antara genus yang berbeda melalui perantaraan plasmid (faktor R).
Pada resistensi dengan perantaraan plasmid, mikroorganisme mendapatkan
kemampuan tambahan dalam bentuk produksi enzim dan pada mutasi terjadi
perubahan struktur di dalam sel bakteri (Brooks, 1998).
